Kita bersyukur kepada Allah karena kini kita berada di sepertiga akhir Ramadhan. Dalam waktu ini, Allah membebaskan banyaki manusia dari api neraka. Peluang untuk bebas dari api neraka adalah sesuatu yang signifika. Tidak dapat kita bayangkan siksa api neraka yang disebutkan oleh Allah:
“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”
(surah al-Kahfi: 29)
Tidak semua orang memperoleh nikmat ini; peluang untuk bebas dari api neraka. Sepanjang bulan ini, kita sering melihat orang meninggal dengan berbagai sebab. Kita mendengar beberapa orang teman, keluarga,sahabat dan kenalan kita yang dipanggil menemui Allah setelah beberapa hari berada di bulan Ramadhan. Ada di antara kita yang mengalami
sendiri mengurus jenazah keluargat, rekan dan sahabat sepanjang bulan ini. Itu adalah giliran mereka, giliran kita pasti akan tiba.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu
Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (surah al-Jumuah:8)
Kita tidak boleh lari dari maut yang senantiasa membayangi kita. Memang saat ini, Allah masih memberi kita waktu untuk kita gunakan dengan menghabiskan sisa-sisa umur kita di mukabumi ini. Allah masih memilih kita untuk menyambung
nafas kita seharia hari dalam bulan mulia ini. Allah masih membuka peluang buat kita untuk mengumpulkan bekal yang akan kita bawa apabila kita kembali kepada-Nya.
Sesungguhnya manusia akan mengumpulkan tiga perkara ketika di dunia. Tiga perkara inilah yang akan menghantarkan kita ke dalam kubur. Dua darinya akan kembali; hanya satu yang akan tinggal bersama kita selama-lamanya.
Anas b. Malik berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tiga perkara mengiringi jenazah; dua darinya akan kembali manakala hanya satu akan tinggal bersamanya. Yang mengikutinya ke kubur ialah kaum kerabatnya, hartanya dan amal-amalnya. Kaum kerabatnya dan hartanya akan pulang; hanya amal yang tinggal bersamanya.
(hadist Riwayat Muslim)
Harta kita akan menjadi warisan pewaris-pewaris kita. Ia bukan lagi milik kita. Anak-anak kita akan menjadi orang yang kehilangan bapak atau ibu. Mereka juga akan menikah, beranak pinak dan mungkin akan melupakan kita. Isteri atau suami kita juga bukan lagi menjadi milik kita; bahkan mungkin akan menjadi milik orang lain. Yang kekal hanyalah amal ibadah yang kita lakukan sepanjang hayat kita dan amal jariah yang tiga:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Di antara amal dan kebaikan yang akan terus menghubungi mukmin setelah meninggalnya ialah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya (Ilmu yang bermanfaat), anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf al-Quran yang diwariskannya, masjid yang didirikannya, rumah yang dibangunnya untuk musafir, telaga yang digalinya atau sedekah yang dikeluarkannya selagi ia sehat sewaktu hidupnya, semua itu terus menghubunginya setelah dia meninggal.
(hadist riwayat Ibnu Majah)
Karena Allah memberi kesempatan pada kita memanjangkan usia kita di bulan Ramadhan ini, marilah kita melihat diri sendiri dan merenung tentang persiapan kita menghadapi kematian yang pasti akan datang ini. di sepertiga akhir Ramadhan ini, marilah kita tingkatkan amal kita, memperbanyak sedekah jariah, memperbanyak kerja dalam kebajikan, menyebarkan ilmu yang bermanfaat dan mendidik anak-anak kita agar mereka nanti akan mendoakan kita apabila amal kita yang lain telah terputus. Semoga dengan itu, Allah memberi rahmah, keampunan juga membebaskan kita dari azab api neraka.
DOA RAMADHAN HARI KE 22
Ya Allah, bukalah bagiku pintu-pintu keutamaan-Mu, turunkanlah padaku berkah-Mu, dan bimbinglah aku (untuk) mencapai ridho-Mu, dan tempatkan aku pada indahnya surga-Mu, wahai Yang Mengabulkan doa orang-orang yang terdesak